Karya: Triestiangga
(Cikarang. Mei,11-2012)
Seperti kemarin, nampaknya gelap
Bulan
pun enggan tersenyum apalagi bintang
masih acuh
Malam-malam
otakku berkelana bersamaan dengan hati, semua masih seperti kemarin
Sesekali
nampaknya seperti matahari, aku dekati tapi hanya bocah ingusan yang sedang
bermain lilin
Malam-malam panjang
masih seperti kemarin
Kupetik
bunga mawar, kuhirup, kunikmati wanginya, tapi malam masih seperti kemarin
Kadang aku
menari, hanya keringat saja yang aku hasilkan dan malam masih seperti kemarin
Aku
bernyanyi, hanya tenggorokanku yang kering dan malam masih seperti kemarin
Hawa dingin menusuk
tubuh ini
Aku biarkan,
aku nikmati, sebab mau apa lagi
Kehangatan
itu sudah lenyap
Kegirangan
itu tiada
Hanya ada
malam-malam panjang
Apa ini
aku yang lemah
Apa memang
wajar
Do’a ku
berharap penuh seluruh padaNya
Meski diri
masih pelupa atau sering terhayut pada ingar-bingar malam-malam panjang
Masih
kujalani kehidupan ini meski malam-malam panjang
Mungkin
masih terasa ringan dari pada mereka
Syukurku tak
akan kutinggalkan meski malam-malam panjang
Malam-malam panjang sedang mengajariku
Agar tiada
seperti itu yang menelanjangi dan menyetubuhi gelap
Malam-malam
panjang sedang mengajariku
Tentang
pagi, siang, dan sore hari
Tentang
indahnya pelangi yang melingkar bersama cinta yang tak dimengerti oleh bocah
ingusan
Tentang
kehangatan yang penuh riang yang tak ada pada lilin-lilin itu atau bara lainnya
Selamat
malam bulan yang enggan tersenyum dan selamat malam juga bintang yang masih
acuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar