welcome

Selamat datang di catatan si Penuntut Ilmu, hidup akan terasa indah jika kita mampu berbagi walaupun itu kecil..kritik dan saran silahkan di kolom komentar!!

Minggu, 27 November 2011

PENILAIAN RANAH AFEKTIF


·       Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa.  

·       Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.

·       Lima tingkatan dalam ranah afektif (menurut Krathwohl):
1.     Receiving à keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus misalnya aktivitas dalam kelas, buku, atau musik.  
2.     Responding à partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.
3.     Valuing à kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan, atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4.     Organization à kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang lain dan konflik antarnilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten.
5.     Characterization à level tertinggi dalam ranah afektif. Hasil belajar pada level ini berkaitan dengan personal, emosi, dan sosial. 


·       Cara penilaian ranah afektif
1.     Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar, atau kejadian.
2.     Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3.     Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pernyataan ataupun pilihan bentuk angka.
4.     Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa.
5.     Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang di mana yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.

·       Langkah-langkah pengembangan instrumen afektif
1.   Merumuskan Tujuan Pengukuran Afektif
Pengembangan alat ukur sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek, misalnya sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sikap siswa terhadap sesuatu dapat positif atau negatif.
2.  Mencari Definisi Konseptual dari Afektif yang Akan Diukur
Pencarian definisi konseptual dapat Anda lakukan dengan mencari pada buku-buku teks yang relevan.


3.   Menentukan Definisi Operasional dari Setiap Afektif yang Akan Diukur
Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengukuran definisi konseptual.
4.  Menjabarkan Definisi Operasional menjadi Sejumlah Indikator
Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian indikator harus operasional dan dapat diukur. Ketepatan pengukuran ranah afektif sangat ditentukan oleh kemampuan penyusun instrumen (guru atau peneliti) dalam membuat atau merumuskan indikator.
5.   Menggunakan Indikator sebagai Acuan Menulis Pernyataan-pernyataan dalam Instrumen
Penulisan instrumen atau alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala Liekert.

Kaidah-kaidah dalam merumuskan pernyataan-pernyataan dalam instrumen afektif:
a.     Hindari pernyataan yang mengarah pada peristiwa yang lalu. 
b.     Hindari pernyataan yang faktual.
c.     Hindari pernyataan yang dapat ditafsirkan ganda.
d.     Hindari pernyataan yang tidak berkaitan dengan afektif yang akan diukur.
e.     Hindari pernyataan yang menyangkut keperluan semua orang atau pernyataan yang tidak terkait dengan siapapun.
f.      Upayakan kalimat pernyataan tersebut pendek, sederhana, jelas, dan langsung pada permasalahannya.
g.     Setiap pernyataan hanya mengandung satu pokok pikiran saja.
h.     Hindari penggunaan kata asing atau lokal.
i.       Hindari pernyataan negatif seperti tidak, kecuali, tanpa dan sejenisnya.
          
6.  Meneliti Kembali Setiap Butir Pernyataan
Penelitian kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki banyak pengalaman dan minimal dua orang. Kepada dua orang tersebut diberikan spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran, definisi konseptual, definisi operasional, indikator, dan pernyataan yang dibuat) dan rambu-rambu penulisan pernyataan yang baik. Kepada kedua penelaah tersebut diminta untuk menilai kembali ketepatan instrumen afektif menggunakan pengalaman keahlian masing-masing (expert judgment).
7.  Melakukan Uji Coba
Perangkat instrumen yang telah ditelaah dan diperbaiki, disusun dan diperbanyak untuk kemudian diujicobakan di lapangan. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.
8.  Menyempurnakan Instrumen
Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita olah untuk memperoleh gambaran tentang validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir-butir pernyataan yang dianggap lemah.
9.  Mengadministrasikan Instrumen
Yang dimaksud dengan mengadministrasikan instrumen adalah melaksanakan pengambilan data di lapangan.


Sumber : PDGK 4302

Tidak ada komentar:

Posting Komentar